PT RMI dan Kisah Kembalinya Pabrik Gula di Blitar

Pada era kolonial di awal abad ke-19, Blitar dikenal sebagai salah satu daerah penting di Jawa Timur yang memroduksi gula berbahan baku tebu. Terdapat beberapa pabrik gula berdiri di wilayah yang kini menjadi Kabupaten Blitar, antara lain, di wilayah Kecamatan Garum, Kecamatan Srengat, dan juga Wonodadi.
Setengah abad yang lalu, sisa-sisa kejayaan pabrik gula di Blitar masih dapat ditemui. Selain sisa-sisa dinding bangunan pabrik yang tebal, di beberapa tempat juga dapat ditemui rel baja yang dulu merupakan jalur trem pengangkut tebu dari perkebunan dan persawahan menuju pabrik.
Pengelola pabrik gula di era Pemerintah Hindia Belanda saat itu dapat memanfaatkan dengan baik kesuburan tanah di wilayah Blitar dengan tanaman tebu. Hasil berupa tingkat produktivitas lahan yang tinggi. Tebu-tebu berkualitas yang dipasok nutrisi dari kesuburan tanah juga meningkatkan kandungan gula di dalamnya.
Wilayah Blitar memang telah dikenal sebagai wilayah pertanian dan perkebunan sejak zaman kuno jauh sebelum kedatangan bangsa Eropa. Sejumlah prasasti yang dibuat pada era Mataram Kuno (abad ke-8 hingga ke-11 Masehi) memberikan pengakuan pada kesuburan tanah dan kemajuan pertanian di Blitar. Keberadaan Gunung Kelud menjadi salah satu faktor penting penjaga kesuburan tanah Blitar dengan tebaran abu vulkanik yang terjadi rutin melalui siklus erupsi gunung berapi aktif yang terletak di sisi utara Blitar tersebut.
Kembalinya Pabrik Gula di Blitar
Kini ketika sisa-sisa keberadaan pabrik gula di Blitar itu nyaris tak terlihat lagi, sebuah pabrik gula besar berdiri di Desa Rejoso, Kecamatan Binangun.
Setelah melalui kajian kelayakan selama beberapa tahun, konstruksi pabrik gula milik PT Rejoso Manis Indo (RMI) dimulai pada 9 September 2017 melalui sebuah seremoni peletakan batu pertama. Kegiatan itu dihadiri oleh direksi PT RMI, pejabat Forkopimcam Binangun serta tokoh-tokoh masyarakat sekitar.
Peletakan batu pertama itu menandai dimulainya pembangunan pabrik gula senilai sekitar Rp 3 triliun di lahan seluas, setidaknya, 25 hektar. PT RMI ditopang oleh sebuah perusahaan joint venture dimana terdapat Grup Mitr Phol, induk usaha asal Thailand yang merupakan produsen gula terbesar di Asia. Kehadiran Mitr Phol memastikan keterpenuhan dana investasi dan pengalaman tak ternilai di sektor produksi gula.
Dana sebesar itu merupakan besaran investasi pendirian pabrik, belum termasuk dana triliunan rupiah lainnya yang disiapkan untuk membeli tebu milik petani di wilayah Kabupaten Blitar dan sekitarnya. Selain untuk akuisisi tanah, dana investasi itu juga digunakan untuk membeli beberapa set mesin yang akan menjadi tulang punggung produksi gula dengan daya serap terpasang saat ini sebesar 10.000 ton tebu per hari (TCD).
Dukungan permesinan modern dan mutakhir serta sumber daya manusia yang berpengalaman, tidak hanya berkaitan dengan tingginya kapasitas produksi, namun juga efisiensi tinggi pada biaya produksi. Selain itu, permesinan modern dan mutakhir itu juga memastikan hasil produksi berupa gula pasir yang memenuhi kualitas baku mutu, higienis, serta halal.
Permesinan canggih yang didukung sistem pengolahan limbah yang baik menjamin operasi pabrik menjadi ramah lingkungan dengan prinsip siklus operasi zero waste. Hampir tidak ada limbah yang harus dibuang dan menimbulkan masalah lingkungan. Ampas tebu (bagas), misalnya, habis dimanfaatkan sebagai bahan bakar pada instalasi power house pabrik. Sedangkan limbah cair diolah lebih dulu di instalasi pengolahan limbah cair (IPAL) hingga menyisakan air jernih yang terbukti tidak menimbulkan masalah pada biota di lingkungan sekitar.
PT Rejoso Manis Indo sedang mengembalikan kejayaan Blitar sebagai produsen gula penting di tingkat regional maupun nasional. Kehadiran PT RMI juga telah sejalan dengan kondisi geografis Blitar sebagai daerah agraris dengan kekayaan alami berupa tanah yang subur. Di sisi lain, RMI datang dengan membawa kemajuan teknologi permesinan mutakhir di bidang produksi gula.*